Selasa, 14 Februari 2012

February 14,

it's not about a love story...
<< Dua hari yang lalu, 10 Februari, rasa kesal sekesalnya. Akhirnya, saya memutuskan meninggalkan kelas tanpa sepatah katapun. Refleks beberapa siswa mengikuti dari belakang, mau minta maaf (katanya). Alhasil, bukan maaf yang didapat malah surat panggilan orang tua. Sebenarnya saya sendiri tidak bermaksud hal ini bisa terjadi, tapi... baiklah mari diliahat dari sisi positifnya saja. Beberapa menangis tersedu, sisanya santai adem. 
Hari ini 4 hari setelah kejadian tadi, orang tua merekapun datang. Saya nerveous tingkat dewa. Singkatnya, hasil diskusi antara orang tua dan wali kelas agak mengharu biru tanpa ada saya disana, hanya ada titipan maaf sebesar-besarnya. Wow bingkisan mewah untuk saya.
Setelah itu apa?
Iya, hanya beberapa menit saja yang saya dapatkan adalah tatapan kemarahan, seolah mengutuki saya dari jauh. Mereka marah-semarahnya dengan bahasa diam. Besok ataupun besoknya lagi, yang saya pikirkan adalah perasaan apa yang harus saya bawa kepada mereka. Haruskah saya yang meminta maaf atau tetawa goblok seolah tidak ada sesuatu yang terjadi? (pusing)
Simple saja, saya memang bukan pendidik yang ekspresif yang menyayangi anak-anak saya dengan pelukan atau pujian. Yang mampu saya lalukan hanyalah mendekap mereka dengan segala yang bisa saya kontribusikan, dengan ilmu tepatnya.
Memang saya bukan sosok favorit kalian, tapi suatu saat nanti hati kalian yang akan mengiyakan, iya kalo kalian...
So jika ini terlalu berlebihan, saya yang minta maaf.
Sincerely, siswa-siswaku tersayang
Andi Muhaammad Khairum, Muhammad Farid Rizky, Muhammad Fahrul, Yusril Ma'arif, Muhamad Ariza, Muhammad Risaldi Kadir, Muhammad Rizal, Muhammad Yasir & Muhammad Ifdhil.